Beberapa waktu lalu, saya dikasih tanggung jawab yang cukup unik di kantor: beli balon tepuk untuk acara promosi kita di pameran. Awalnya saya pikir tugas ini bakal gampang, tinggal cari vendor, pilih desain, bayar, selesai. Tapi ternyata, perjalanan membeli balon tepuk ini membawa saya ke pengalaman yang nggak cuma menyenangkan, tapi juga menantang. Bahkan, ada momen di mana saya harus bergulat dengan laporan akuntansi setelahnya!
Balon Tepuk, Si Alat Promosi yang Ramai dan Efektif
Semua dimulai dari rapat internal. Bos bilang, “Kita perlu sesuatu yang meriah buat menarik perhatian di pameran nanti. Gimana kalau kita pakai balon tepuk dengan logo perusahaan?” Semua setuju karena, ya, balon tepuk itu murah, praktis, dan efektif bikin booth kita jadi lebih “hidup.”
Saya langsung browsing vendor balon tepuk di internet. Ternyata pilihannya banyak banget! Ada yang harganya miring tapi kualitasnya diragukan, ada yang mahal dengan garansi kualitas premium. Akhirnya, setelah membandingkan beberapa vendor, saya pilih yang punya testimoni bagus dan harga masuk akal.
Vendor itu menawarkan paket 500 pasang balon tepuk dengan desain custom logo perusahaan kita. Saya langsung kirim desain, bayar DP, dan nunggu balon-balon itu selesai dicetak. Dua minggu kemudian, balonnya datang. Pas lihat hasilnya, saya senyum-senyum sendiri. Warna dan desainnya sesuai banget dengan yang kita mau.
Ketemu Tantangan Akuntansi: Laporan Pengeluaran
Setelah semua euforia balon tepuk selesai, realita kantor datang menghampiri. Tugas saya belum berakhir, karena saya juga harus bikin laporan pengeluaran buat pembelian balon tepuk ini. Sebagai seseorang yang nggak punya latar belakang akuntansi formal, bikin laporan keuangan itu agak bikin kepala pening. Tapi, ini jadi momen di mana saya belajar banyak.
Berikut langkah-langkah yang saya lakukan:
- Mengumpulkan Bukti Transaksi
Hal pertama yang saya lakukan adalah ngumpulin semua bukti pembayaran, mulai dari invoice vendor sampai bukti transfer. Ini penting banget karena semua transaksi harus ada buktinya kalau nanti ditanya sama tim finance. - Mencatat di Buku Pengeluaran
Saya catat pengeluaran balon tepuk ini di kategori “Promosi dan Marketing” di buku pengeluaran kantor. Kalau di dunia akuntansi, ini masuk ke akun biaya, karena pembelian ini adalah bagian dari strategi promosi perusahaan. - Membuat Jurnal Akuntansi
Nah, di sinilah akuntansi mulai masuk. Saya belajar bikin jurnal sederhana untuk mencatat transaksi ini. Contohnya:- Debit (Biaya Promosi): Rp3.000.000
- Kredit (Kas): Rp3.000.000
- Melaporkan ke Tim Finance
Setelah jurnal selesai, saya serahkan laporan ini ke tim finance untuk di-review. Untungnya, mereka bilang laporan saya udah cukup rapi, meskipun ada sedikit revisi di bagian keterangan transaksi.
Pelajaran yang Saya Dapat
Pengalaman ini ngajarin saya bahwa beli balon tepuk itu nggak cuma soal desain dan harga, tapi juga harus mikirin bagaimana transaksi tersebut tercatat dengan baik. Dalam dunia kerja, apalagi di bidang promosi, semua yang kita lakukan pasti punya kaitan dengan anggaran dan laporan keuangan.
Dari sini saya belajar bahwa:
- Dokumentasi itu penting: Jangan lupa minta invoice atau kuitansi untuk setiap pembelian.
- Pemahaman dasar akuntansi membantu banget: Nggak perlu jadi ahli, cukup ngerti konsep debit dan kredit, kita udah bisa bikin laporan sederhana.
- Detail kecil bisa berdampak besar: Balon tepuk mungkin terlihat sepele, tapi kalau nggak tercatat dengan benar, bisa jadi masalah di laporan keuangan.
Kesimpulan
Membeli balon tepuk mungkin terdengar kayak tugas yang gampang, tapi pengalaman ini ngajarin saya banyak hal, terutama soal pentingnya akuntansi di balik semua aktivitas kantor. Dari memilih vendor sampai bikin laporan pengeluaran, semuanya jadi perjalanan yang berharga buat saya.
Jadi, kalau suatu saat kamu dapet tugas beli sesuatu buat kantor, jangan cuma fokus ke barangnya aja. Ingat, ada laporan akuntansi yang nunggu di belakang! Dan siapa tahu, seperti saya, kamu juga bisa belajar banyak dari pengalaman sederhana ini.